Ilmu Pengetahuan Dan Al-qur’an (2)
1. SIDIK JARI SEBAGAI IDENTITAS
Sidik jari (bahasa Inggris: fingerprint) adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit telapak tangan atau kaki. Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai kesemua ujung jari, dan kulit bagian dari telapak kaki mulai dari tumit
sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat garis
halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah
atau alur yang membentuk struktur tertentu.
Fleksibilitas dari gelombang pada kulit berarti tidak ada dua sidik
jari atau telapak tangan yang sama persis pada setiap detailnya.
Pengenalan sidik jari melibatkan seorang pakar, atau sebuah sistem pakar komputer, yang menentukan apakah dua sidik jari berasal dari jari atau telapak yang sama. sidik jari setiap orang adalah
khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang, termasuk mereka yang terlahir
kembar identik, memiliki pola sidik jari yang khas dan berbeda satu sama
lain.
Alquran telah menyebutkan bahwa sidik jari menjadi tanda pengenal
manusia. Dalam Alquran disebutkan mudah bagi Allah untuk menghidupkan
manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia
secara khusus ditekankan dalam sebuah ayat.
Simaklah surah Al-Qiyamah ayat 3-4:
“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan
mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu
menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna.” (Al Qur’an, 75:3-4).
2. PERTEMUAN DUA LAUTAN
Seorang Oceanografer berkebangsaan Prancis, Jaques Yves Cousteau,
telah mengungkap pertemuan dua laut yang tidak bercampur. Ia meneliti
pertemuan Samudra Atlantik dan Mediterania yang tidak bercampur satu
dengan yang lain.
Penelitian ini dilakukannya ketika melakukan eksplorasi di bawah
laut. Ia menemui kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur dengan air
laut. ”Seolah-olah ada dinding yang membatasi kedua aliran air itu,”
ujarnya Cousteau.
Sang ilmuwan pun mencoba mempelajari ilmu kelautan untuk memecahkan
misteri tentang fenomena ganjil tersebut, namun tak pernah membuahkan
hasil. Ia pun menceritakan hal ganjil itu kepada seorang profesor
Muslim. Terkejutlah Cousteau ketika sang profesor Muslim menceritakan
bahwa fenomena itu telah dijelaskan Alquran 14 abad silam.
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu.
Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (QS
Ar-Rahman:19-20)
“Dan Dialah (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan),
yang satu tawar dan segar dan yang lainnya asin. Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.” (QS Al Furqan:53).
Terpesonalah Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu. Kekagumannya
terhadap ayat suci Alquran itu melebihi kekagumannya akan pemandangan
laut dalam yang pernah dilihatnya.
Menurut dia, mustahil jika Alquran disusun oleh Muhammad SAW. Sebab,
pada zaman itu belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai
lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Costeau pun dikabarkan
masuk Islam secara diam-diam, atas kekagumannya pada Alquran yang
mengungkapkan fenomena alam ini.
Jaques Cousteau meninggal Rabu 25 Juni 1997. Sayangnya, dengan
kerahasian Islamnya, banyak orang terdekatnya yang tidak tahu. Ia
dikabarkan dimakamkan di Katedral Notre Dame di Paris.
Suatu hari, seorang ahli kelautan bernama Jacques Yves Costeau
melakukan penelitian di dasar laut untuk Discovery Channel. Ia
menelurusi fenomena bawah laut di Cenota Angelita, Mexico.
Saat melakukan penyelaman, ia dikejutkan dengan sebuah fenomena alam
yang luar biasa. Dia menemukan air tawar di antara air laut yang asin.
Penemuan itu membuatnya takjub. Bagaimana mungkin air tawar bisa berada
terpisah dalam air laut yang asin? Tetapi itulah kenyataan yang dia
temukan di dalam laut.
Rasa ingin tahunya yang besar membuat Costeau kembali menyelam lebih
dalam lagi. Ia menyaksikan fenomena alam yang lebih mengejutkan lagi.
Betapa tidak. Ia melihat ada sungai di dasar lautan.
Sungai di bawah laut itu ditumbuhi daun-daunan dan pohon. Para
peneliti menyebut fenomena itu sebagai lapisan Hidrogen Sulfida. Tapi
tampak seperti sungai? Yang menjadi tanda tanya par ahli, mengapa air
yang mengalir di sungai bawah laut itu rasanya tawar?
Sesungguhnya, sekitar 14 abad lalu, Alquran telah menjelaskan
fenomena itu. Simak saja surah Al-Furqan [25] ayat 53: ”Dan Dialah yang
membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar
dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia Jadikan antara keduanya
dinding dan barat yang tidak tembus.”
Fenomena unik dan aneh itu juga telah disebutkan dalam surah
Ar-Rahman [55] ayat 19-21: ”Dia membiarkan dua laut mengalir yang
kemudian keduanya bertemu, di antara kedua ada batas yang tidak
dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan.”
4. RAHASIA GUNUNG
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu
Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan
kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan
penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? “Ya Rabbi, adakah
sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?”
Allah menjawab, “Ada, yaitu besi” (Kita mafhum bahwa gunung batu pun
bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau
sejenisnya yang terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?”
Allah yang Mahasuci menjawab, “Ada, yaitu api” (Besi, bahkan baja
bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?”
Allah yang Mahaagung menjawab, “Ada, yaitu air” (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?” Kembali bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, “Ada, yaitu angin”
(Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan
menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan
menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang
tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin
ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?”
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, “Ada,
yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya
sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.” Artinya adalah hati orang
yang ikhlas.
Para ahli geologi telah lama meneliti fungsi gunung sebagai pondasi
penguat permukaan bumi. Adalah Profesor Emeritus Frank Press dari
Washington, Amerika Serikat (AS), salah seorang Geolog yang mengkaji
tentang gunung sebagai sebagai pasak bumi.
Ia juga mengungkapkan fungsi gunung yang memainkan peran penting
dalam menstabilkan kerak bumi. Hasil penelitian ilmiah itu sebenarnya
sudah disebut dalam kitab suci Alquran, sejak 1400 tahun yang lalu.
Penemuan Press itu membuktikan bahwa Alquran adalah mukjizat dan firman
Allah SWT.
Simaklah Alquran surah Al-Anbiya ayat 31: “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…”
Dalam surah Al-Naba ayat 6-7, Allah SWT berfirman, “Bukankan telah Kami jadikan bumi sebagai hamparan. Dan Kami jadikan gunung-gunung sebagai pasak?”
Mengapa gunung diistilahkan sebagai pasak? Menurut Prof Press, sebenarnya, kerak bumi mengapung di atas cairan. Lapisan terluar bumi membentang 5 km dari permukaan. Kedalaman lapisan gunung menghujam sejauh yang 35 km. Dengan demikian, pegunungan adalah semacam pasak yang didorong ke dalam bumi.
Dalam surah Al-Naba ayat 6-7, Allah SWT berfirman, “Bukankan telah Kami jadikan bumi sebagai hamparan. Dan Kami jadikan gunung-gunung sebagai pasak?”
Mengapa gunung diistilahkan sebagai pasak? Menurut Prof Press, sebenarnya, kerak bumi mengapung di atas cairan. Lapisan terluar bumi membentang 5 km dari permukaan. Kedalaman lapisan gunung menghujam sejauh yang 35 km. Dengan demikian, pegunungan adalah semacam pasak yang didorong ke dalam bumi.
“Jadi gunung inilah yang berfungsi sebagai pasak untuk menstabilkan kerak bumi,” ungkap Prof Press.
Hal senada juga diungkapkan Profesor Siaveda, ahli geologi dari
Jepang. Menurut Siaveda, ketika lempengan bumi saling bertumbukkan,
makalempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya.
Sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung.
Inilah yang mengikat kuat di dasar permukaan bumi.
Simak firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 15 ini: “Dan Dia menancapkan gunung gunung di bumi supaya bumi ini tidak berguncang bersama kamu.”
Sungguh Alquran adalah firman Allah yang Maha Benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar