Sendang Sinangka Pelindung Kawula Alit
Written By Seputar Wonogiri on Senin, 21 Juli 2014 | 17.20
Sendang Sinangka yang berlokasi di timur laut Desa Keloran, Kecamatan
Selogiri, Wonogiri. Merupakan pelindung bagi kawula alit (Rakyat kecil)
yang hidupnya tertindas. Untuk itu jika peziarah membasuh muka dengan
air sendang, dipercaya akan awet muda dan hidupnya kembali bergairah
dalam menatap masa depan. Hal ini diutarakan, Mulyanto Skar, ketua
Paguyuban Sendang Sinongko kepada MR belum lama ini.
Sendang tersebut berjarak 2 kilometer dari pasar Krisak, arah ke selatan. Kalau menempuh perjalanan dengan memakai sepeda motor atau mobil, kurang lebih memakan waktu 5 menit. Diyakini, begitu orang sampai disana akan dirasakan suasana begitu damai, tentram dan teduh ,karena memang tempat tersebut penuh pepohonan, pohon beringin pohon duwet dan juga pohon bulu yang begitu rindang mengayomi tempat itu.
Sendang Sinagka merupakan nama yang di berikan Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa pendiri dinasti mangkunegaran yang bergelar KGPAA Mangkunegara I. Dikisahkan, konon pada sekitar abad 16 RM Said yang tidak bisa menerima perlakuan semena-mena dari penguasa kerajaan Kartasura, yang tidak lain pamanya sendiri Pakoe Boeno II.
Dimana Dia bersama adiknya RM Ambiya dan RM Sabar diberlakukan tidak adil dan teraniaya haknya sebagai seorang pangeran (cucu seorang raja). Bukan itu saja, pemerintahan Kartasura dianggap sudah menyimpang dari prinsip hangayomi, hangayemi dan hanguripi kawaula alit atau tidak bisa mengayomi rakyatnya.
Setelah PB I bekerja sama dengan kolonialis Belanda, maka Raden Mas Said terdorong gejolak hati nurani yang kuat, untuk membela rakyat kecil. Dengan demikian ia bersama pengikut setianya Raden Ngabei Kundonowarso dan Ronggo Penambang serta pendereknya yang berjumlah 40 orang yang dinamai punggawa baku 40 jaya, melarikan diri dari kerajaan.
Dengan tujuan menghimpun kekuatan di wilayah Nglaroh, Wonogiri. ditempat itulah yang digunakan untuk menghimpun kekuatan maupun laku spiritual. Antara lain di Sendang Sitretes Keloran , Sendang Sinagka Keloran, Sendang Silanang Sendang Siwani dan Sendang Pancuaran(buku babad penambangan. Dibalik nama Sendang Sinagka ada kisah yang melatar belakangi nama tersebut.
Konon saat menginjakan kaki di tempat itu, RM Said beserta pengikutnya yang baru turun dari goa Sitretes, merasakan lapar dan dahaga yang luar biasa. Tanpa di sangka ditepi sebuah sendang(danau kecil) ada buah nagka yang tergeletak dengan aroma harum menyengat. Setelah dipegang, ternyata buah tersebut sudah masak RM Said alias Pangeran Samber Nyawa beserta pengikutnya semakin penasaran ingin segera memakan buah tersebut.
Tetapi buah nangka tersebut tidak bisa di belah dengan senjata apapun. Untuk itu dengan kekuatan spiritualnya Pangeran Samber Nyawa memohon petunjuk Illahi. Ia segera mengambil air wudhu dan sembahyang. Sejenak kemudian,ia mendapat petunjuk dari Tuhan, dimana nagka tersebut bisa di belah dengan senjata, asalkan senjatanaya diasah dulu dengan sebuah batu yang terletak tidak begitu jauh dari tempat tersebut.
Benar yang terjadi, setelah senjata ditajamkan dibatu besar , nangka bisa dibelah dan dimakan Pangeran Samber Nyawa beserta pengikutnya. Sehingga sampai sekarang batu itu dinamakan Watu Kosek(batu pengasah)dan tempat tersebut dinamakan Sendang Sinangka. Berbulan-bulan RM Said bertafakur di Sendang Sinagka, karena di tempat tersebut ia menemukan ketentraman hati dan juga watu kosek tersebut mempunyai aura ( kekuatan gaib.
Selanjutnya, setiap senjata yang diasah di tempat tersebut akan luar biasa kekuatanya, bahkan tidak hanya mempertajam senjata, tapi juga mempertajam filling dan sampai sekarang banyak pelajar, mahasiswa, maupun pejabat yang berziarah ke watu kosek di area sendang sinangka.
RM Said kalau siang menggembleng prajuritnya dengan ilmu kanuragan, kalau malam bermunajab kehadirat Tuhan untuk memohon keadilan untuk rakyat dan juga hak-haknya sebagai seorang pangeran. Akhirnya pada suatu malam RM Said mendapat Ilham(petunjuk Tuhan), semua keinginannya akan tercpai, meskipun melalui perjuangan yang panjang melawan pamanya sendiri(Pakoe Boewono II) yang sudah memindahkan pusat pemerintahanya dari Kartasura ke surakarta yang dibantu oleh tentara Belanda.
Di Sendang Sinangka, RM Said merasakan kedamaian dan setiap mendpatkan problema selalu bertafakur ditempat tersebut untuk mencari petunjuk jalan keluarnya. Dengan begitu sampai sekarang Sendang Sinangka banyak dikunjungi para peziarah terutama pada malam Selasa Kliwon dan malam Jum'at. Mereka kebanyakkan bermunajada kepada Allah SWT untuk mencari petunjuk ketentraman keluarga, bahkan ada yang mengatakan sendang itu spesial bagi para calon kepala desa, bupati bahkan gubenur.
Untuk memperoleh kedudukan yang dicita-citakan
, tetapi juga dipercaya air sendang untuk mnyembuhkan berbagai penyakit, penglaris dan untuk siraman penganten agar keluarga yang dibina menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia dunia akirat.
Hapir semua problem keluarga dapat di pecahkan dengan jalan memohon kepada Allah SWT di sendang sinangka itu. (cahyo)
Sendang tersebut berjarak 2 kilometer dari pasar Krisak, arah ke selatan. Kalau menempuh perjalanan dengan memakai sepeda motor atau mobil, kurang lebih memakan waktu 5 menit. Diyakini, begitu orang sampai disana akan dirasakan suasana begitu damai, tentram dan teduh ,karena memang tempat tersebut penuh pepohonan, pohon beringin pohon duwet dan juga pohon bulu yang begitu rindang mengayomi tempat itu.
Sendang Sinagka merupakan nama yang di berikan Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa pendiri dinasti mangkunegaran yang bergelar KGPAA Mangkunegara I. Dikisahkan, konon pada sekitar abad 16 RM Said yang tidak bisa menerima perlakuan semena-mena dari penguasa kerajaan Kartasura, yang tidak lain pamanya sendiri Pakoe Boeno II.
Dimana Dia bersama adiknya RM Ambiya dan RM Sabar diberlakukan tidak adil dan teraniaya haknya sebagai seorang pangeran (cucu seorang raja). Bukan itu saja, pemerintahan Kartasura dianggap sudah menyimpang dari prinsip hangayomi, hangayemi dan hanguripi kawaula alit atau tidak bisa mengayomi rakyatnya.
Setelah PB I bekerja sama dengan kolonialis Belanda, maka Raden Mas Said terdorong gejolak hati nurani yang kuat, untuk membela rakyat kecil. Dengan demikian ia bersama pengikut setianya Raden Ngabei Kundonowarso dan Ronggo Penambang serta pendereknya yang berjumlah 40 orang yang dinamai punggawa baku 40 jaya, melarikan diri dari kerajaan.
Dengan tujuan menghimpun kekuatan di wilayah Nglaroh, Wonogiri. ditempat itulah yang digunakan untuk menghimpun kekuatan maupun laku spiritual. Antara lain di Sendang Sitretes Keloran , Sendang Sinagka Keloran, Sendang Silanang Sendang Siwani dan Sendang Pancuaran(buku babad penambangan. Dibalik nama Sendang Sinagka ada kisah yang melatar belakangi nama tersebut.
Konon saat menginjakan kaki di tempat itu, RM Said beserta pengikutnya yang baru turun dari goa Sitretes, merasakan lapar dan dahaga yang luar biasa. Tanpa di sangka ditepi sebuah sendang(danau kecil) ada buah nagka yang tergeletak dengan aroma harum menyengat. Setelah dipegang, ternyata buah tersebut sudah masak RM Said alias Pangeran Samber Nyawa beserta pengikutnya semakin penasaran ingin segera memakan buah tersebut.
Tetapi buah nangka tersebut tidak bisa di belah dengan senjata apapun. Untuk itu dengan kekuatan spiritualnya Pangeran Samber Nyawa memohon petunjuk Illahi. Ia segera mengambil air wudhu dan sembahyang. Sejenak kemudian,ia mendapat petunjuk dari Tuhan, dimana nagka tersebut bisa di belah dengan senjata, asalkan senjatanaya diasah dulu dengan sebuah batu yang terletak tidak begitu jauh dari tempat tersebut.
Benar yang terjadi, setelah senjata ditajamkan dibatu besar , nangka bisa dibelah dan dimakan Pangeran Samber Nyawa beserta pengikutnya. Sehingga sampai sekarang batu itu dinamakan Watu Kosek(batu pengasah)dan tempat tersebut dinamakan Sendang Sinangka. Berbulan-bulan RM Said bertafakur di Sendang Sinagka, karena di tempat tersebut ia menemukan ketentraman hati dan juga watu kosek tersebut mempunyai aura ( kekuatan gaib.
Selanjutnya, setiap senjata yang diasah di tempat tersebut akan luar biasa kekuatanya, bahkan tidak hanya mempertajam senjata, tapi juga mempertajam filling dan sampai sekarang banyak pelajar, mahasiswa, maupun pejabat yang berziarah ke watu kosek di area sendang sinangka.
RM Said kalau siang menggembleng prajuritnya dengan ilmu kanuragan, kalau malam bermunajab kehadirat Tuhan untuk memohon keadilan untuk rakyat dan juga hak-haknya sebagai seorang pangeran. Akhirnya pada suatu malam RM Said mendapat Ilham(petunjuk Tuhan), semua keinginannya akan tercpai, meskipun melalui perjuangan yang panjang melawan pamanya sendiri(Pakoe Boewono II) yang sudah memindahkan pusat pemerintahanya dari Kartasura ke surakarta yang dibantu oleh tentara Belanda.
Di Sendang Sinangka, RM Said merasakan kedamaian dan setiap mendpatkan problema selalu bertafakur ditempat tersebut untuk mencari petunjuk jalan keluarnya. Dengan begitu sampai sekarang Sendang Sinangka banyak dikunjungi para peziarah terutama pada malam Selasa Kliwon dan malam Jum'at. Mereka kebanyakkan bermunajada kepada Allah SWT untuk mencari petunjuk ketentraman keluarga, bahkan ada yang mengatakan sendang itu spesial bagi para calon kepala desa, bupati bahkan gubenur.
Untuk memperoleh kedudukan yang dicita-citakan
, tetapi juga dipercaya air sendang untuk mnyembuhkan berbagai penyakit, penglaris dan untuk siraman penganten agar keluarga yang dibina menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia dunia akirat.
Hapir semua problem keluarga dapat di pecahkan dengan jalan memohon kepada Allah SWT di sendang sinangka itu. (cahyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar